Sejarah
Sejarah Berdirinya SMP Avisena Jabon
SMP Avisena Jabon adalah lembaga pendidikan yang berada dibawah pengawasan Badan Pelaksana Ma’arif NU (BPPM NU) Sidoarjo. Madrasah ini didirikan berdasarkan kesepakatan dan hasil musyawarah beberapa kyai dan tokoh masyarakat Kedungcangkring pada waktu, antara lain KH. Abdul Latif Towali, KH. Siraj Kholil, KH. Ahmad Aruqat, H. Jami’in dan kyai yang lain. Kesepakatan ini terjadi karena termotivasi pesatnya perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) yang telah berdiri terlebih dahulu (tahun 1948) dan ternyata mendapat respon luar biasa dari masyarakat, baik masyarakat Kedungcangkring sendiri maupun masyarakat luar Kedungcangkring. Dalam rangka berupaya mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan di Kedungcangkring maka dipandang perlu adanya pendidikan lanjutan yang mempunyai kesamaan visi, maka kemudian lahirlah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Muallimat tersebut.
Dalam perjalanan sejarahnya Madrasah ini mengalami beberapa kali perubahan nama dan sistem. Dua tahun setelah berdirinya Madrasah ini, tepatnya tanggal 1 Agustus 1958, nama “Madrasah Muallimin” dan “Madrasah Muallimat” dirubah menjadi “Madrasah Muallimin Muallimat NU”, dengan jenjang pendidikan 6 tahun sebagaimana Pendidikan Guru Agama (PGA). Sehingga pada kisaran tahun 1961 sampai 1972 siswa kelas tiga dapat mengikuti ujian di SMP Negeri 1 Sidoarjo, sedangkan siswa kelas empat dapat mengikuti ujian PGA Negeri empat tahun dan siswa kelas enam mengikuti ujian akhir di PGA Negeri enam tahun.
Sekitar tahun 1972 pemerintah mengeluarkan peraturan akan menghapus adanya PGA enam tahun. Maka pada tahun tersebut nama dan status Madrasah Muallimin Muallimat dirubah menjadi SMP Muallimin Muallimat NU untuk kelas 1, 2 dan 3, sedangkan kelas 4, 5 dan 6 tetap bernama Madarasah Muallimin Muallimat.
Pada tahun 1973 nama “SMP Muallimin Muallimat NU” dirubah menjadi “SMP Avisena”. Perubahan ini perlu dilakukan karena mempertimbangkan perkembangan lembaga pendidikan ini pada masa yang akan datang. Dengan nama SMP Avisena diharapkan masyarakat memandang lembaga ini sebagai lembaga pendidikan yang netral, tidak terikat dengan golongan-golongan tertentu, walaupun secara organisatoris sekolah ini berada dibawah naungan organisasi Nahdalatul Ulama’ (NU). Pada tahun ini siswa kelas 3 SMP Avisena sudah dapat melaksanakan ujian akhir di sekolah sendiri.
